Meningkatkan Potensi Produktivitas Itik Pedaging
Produktivitas Itik Pedaging - Produksi daging itik berkualitas masih belum memadai karena sebagian besar diperoleh dari itik petelur yang diafkir.
Hal ini karena budidaya dan pengembangan itik pedaging belum banyak dilakukan oleh masyarakat dan pelaku ekonomi, sedangkan permintaannya cukup tinggi.
Budidaya itik pedaging yang kurang berkembang diduga karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap jenis-jenis itik pedaging yang berpotensi menghasilkan daging (karkas) yang baik.
Selain itu, keterbatasan jumlah bibit yang unggul juga menjadi kendala yang kurang berkembangnya itik pedaging di Indonesia
Salah satu jenis itik pedaging yang banyak dipelihara masyarakat pedesaan secara luas adalah itik manila (entok).
Pada umumnya, para petani memelihara itik manila hanya sebagai sambilan untuk kebutuhan konsumsi sendiri(bukan skala komersial).
Sistem dengan pemberian pakan seadanya. Dengan demikian. Populasi itik dibudidayakan oleh masyarakat selama berabad-abad.
Padahal, Itik manila tergolong itik pedaging yang unggul dan berpotensi untuk di kembangkan di Indonesia.
Selain itik manila, di Indonesia juga telah dikembangkan itik pedaging mule duck. Itik mule duck dibudidayakan dan dikembangkan oleh peternak di kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Di daerah ini, itik mule duck dikenal dengan sebutan bebek srati. Itik mule duck merupakan jenis itik pedaging unggul yang masih tergolong baru.
Awalnya, itik mule duck dikembangkan di Taiwan, kemudian menyebar ke perancis. Taiwan memang merupakan sentral produksi itik pedaging di Asia, sedangkan di Perancis merupakan sentral di Eropa.
Kedua Negara tersebut telah mengembangkan itik pedaging mule duct secara besar-besaran karena lebih digemari konsumen.
Sampai Sekarang, budi daya itik mule duct lebih unggul dibandingkan dengan itik manila atau itik local lainnya.
Pertumbuhan badan itik mule duck lebih tinggi dibandingkan itik local dan dapat mencapai berat badan maksimal, Berat badan itik mule duck jantan pada umur tiga bulan mencapai 2,5 Kg/ekor dan betina 1,5 kg/ekor.
Sementara itik lokal jantan pada umur yang sama mempunyai bobot badan rata-rata 1,5 Kg/ekor. Selain itu, daging itik mule duck juga tidak berbau apek dan memiliki rasa seperti daging lokal.
Tetapi tekstur dagingnya lunak seperti daging itik manila. Pada umur dua bulan, bobot badan itik mule duck sudah mencapai 1,52 kg sehingga sudah bisa di panen.
Itik mule duck merupakan final stock dari hasil pekawinan silang antara itik local jantan dengan itik manila betina.
Di Kalimantan Selatan itik mule duck dibudidayakan dan dikembangkan merupakan final stock dari hasil persilangan itik alabio jantan dengan itik manila betina.
Selain kedua itik tersebut, ada itik peking yang juga berpotensi sebagai itik pedaging. Itik pedaging dipengaruhi oleh factor genetika.
Untuk meningkatkan potensi produktivitas tersebut, dapat dilakukan dengan seleksi berdasarkan pada kemampuan genetikanya karena akan memberikan hasil yang permanen.
Post a Comment for "Meningkatkan Potensi Produktivitas Itik Pedaging"