Cara Pembibitan Tanaman Padi
Cara Pembibitan Tanaman Padi - Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang umumnya ditanam dengan menggunakan bahan tanam berupa bibit.
Dari seluruh rangkaian fase pertumbuhan tanaman, bibit merupakan fase pertumbuhan penting dan perlu mendapat perhatian.
Kesalahan dalam penggunaan bibit akan membawa implikasi terhadap ketidakseragaman pertumbuhan tanaman, yang akhirnya akan berdampak terhadap penurunan kualitas dan hasil panen yang diperoleh.
Usaha mendapatkan bibit yang baik termasuk bibit tanaman padi, dapat dilakukan melalui kegiatan pembibitan yang memenuhi standar baku teknis.
Ada dua model pembibitan padi yang umum dikembangkan oleh masyarakat yaitu pembibitan basah dan pembibitan kering.
Secara garis besar prinsip kedua pembibitan tersebut sama, hanya kondisi air dalam media tanam selama berlangsungnya pembibitan saja yang membedakan.
Pada wilayah yang tersedia banyak air umumnya menggunakan sistem pembibitan basah dan langsung dilakukan di sawah, sedang wilayah yang ketersediaan airnya terbatas banyak digunakan sistem pembibitan kering baik dilakukan di lahan maupun pada nampan-nampan pembibitan.
Bibit padi yang dianggap baik antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut pertumbuhan bibit seragam; bibit bebas dari gangguan hama dan infeksi patogen; perakaran bibit relatif banyak dan seragam; bibit tidak mengalami stagnasi setelah dilakukan pindah tanam. Adapun tahapan kegiatan yang umum dilakukan pada pembibitan tanaman padi adalah sebagai berikut:
Menetapkan Waktu Pembibitan
Waktu mulai membuat pembibitan harus mempertimbangkan kesiapan areal yang akan ditanami, dengan cara menghitung mundur dari tanggal tanam dikurangi umur bibit siap dipindah tanam.
Waktu mulai membuat pembibitan sangat penting diperhatikan karena untuk dapat tumbuh dengan baik bibit padi harus dipindah pada umur tertentu sehingga bibit tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua.
Bibit padi yang terlalu muda akan berisiko terhadap banyaknya kematian bibit setelah pindah tanam, apalagi kalau wilayah penanaman merupakan wilayah potensial gangguan keongmas (Pomacea canaliculata Lamarck).
Penggunaan bibit yang terlalu tua jumlah anakan yang dihasilkan sedikit dan tanaman lebih cepat masuk fase pertumbuhan generatif.
Tanaman yang terlalu cepat masuk fase pertumbuhan generatif hasilnya jauh lebih rendah dibanding potensi produksi riilnya sehingga sangat merugikan.
Persiapan Benih
Untuk mendapatkan keseragaman pertumbuhan tanaman mapun jumlah dan mutu hasil, perlu dipergunakan benih unggul.
Tingkatan benih unggul yang digunakan bergantung pada sasaran hasil yang ingin dicapai, yaitu apakah hasil panen akan digunakan untuk benih atau untuk kepentingan konsumsi.
Jika sasaran hasil panen akan digunakan benih, maka benih unggul yang digunakan sebagai bahan tanam digunakan benih pokok sedang bila untuk konsumsi cukup digunakan benih sebar (label biru).
Benih yang akan digunakan sebagai bahan tanam dapat diadakan sendiri maupun membeli benih yang ada di pasaran.
Baik benih pengadaan sendiri maupun dari pasaran sebaiknya sebelum benih disebar dilakukan pengujian guna mencapai sasaran capaian mutu benih.
Salah satu metode uji yang umum digunakan adalah menggunakan larutan uji berupa larutan garam dapur, urea, ZA, abu dan sejenisnya.
Benih padi dikatakan memenuhi syarat uji bila benih tersebut tenggalam saat dimasukkan dalam larutan uji dengan konsentrasi sekitar 2%.
Guna keperluan praktis di lapang indikator uji yang paling sederhana adalah menggunakan telur ayam. Bila telur ayam mengapung dipermukaan maka larutan uji mempunyai nilai yang mendekati setara dengan konsentrasi 2%.
Benih yang telah lolos uji mutu selanjutnya direndam dengan air bersih sekitar 24 jam guna menghilangkan larutan garam.
Sedang langkah selanjutnya bergantung pada model pesemaian yang dunakan, benih perlu dikecambahkan atau tidak.
Pembibitan padi dengan cara basah umumnya menggunakan benih yang tidak dikecambahkan sedang pembibitan cara kering umumnya menggunakan benih yang telah berkecambah dengan panjang calon akar sekitar 1 mm.
Kebutuhan benih untuk tiap satuan luas areal tanam bergantung pada cara tanamnya, namun sebagai acuan bila menggunakan metode tanam SRI (System of Rice Intensification) diperlukan 7 – 10 kg benih per hektar sedang untuk cara tanam biasa diperlukan 25 – 35 kg benih per hektar areal tanam.
Pembuatan Media Semai
Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 3-7 hari sebelum menyebar benih. Mengingat adanya dua sistem pembibitan padi, yaitu pesemaian basah dan pesemaian kering, maka cara penyiapan media pesemaian juga berbeda.
Dalam membuat pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang betul-betul subur. Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus dibersihkan lebih dulu.
Kemudian sawah digenangi air, dengan maksud agar tanah menjadi lunak, rumput-rumputan yang tumbuh menjadi mati, dan memusnahkan bermacam-macam serangga yang dapat merusak bibit.
Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak kemudian dibajak dan digaru dua kali agar tanah menjadi halus/melumpur.
Pada saat itu juga sekaligus dibuat bedengan/petakan dengan tinggi antara 15 – 20 cm dan memperbaiki pematang atau galengan. Sebagai ukuran dasar luas pesemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami.
Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian basah, tetapi kondisi tanah dalam keadaan “kapasitas lapangan”.
Rumput dan sisa jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dibolak-balik dengan cangkul atau dibajak dan digaru, agar tanah menjadi halus dan gembur.
Setelah tanah menjadi halus, diratakan dan dibuat bedengan. Adapun bedengan dapat dibuat dengan ukuran sebagai berikut: tinggi 20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600 cm, atau sesuai dengan kondisi lahan dan kebiasaan petani.
Penaburan atau Penyebaran Benih
Untuk meperoleh bibit padi yang pertumbuhannya baik dan seragam maka cara penaburan atau penyebaran benih juga perlu diperhatikan.
Kesalahan dalam penaburan benih akan mengakibatkan tidak meratanya kerapatan bibit di bedengan sehingga pertumbuhan bibit menjadi kurang seragam.
Ketidak seragaman bibit ini akan membawa dampak terhadap ketidakseragaman pertumbuhan tanaman di lahan dan selanjutnya akan menyebabkan menurunnya hasil dan mutu gabah yang diperoleh.
Pada musim penghujan, benih yang sudah ditabur di bedengan pada permukaan bedengan sebaiknya ditaburi dengan potongan jerami guna menghindari benturan air hujan yang berlebihan.
Benih yang kena benturan air hujan secara langsung akan menjadi berserakan sehingga mengakibatkan benih menjadi menggerombol sehingga kerapan beninih menjadi kurang seragam.
Potongan jerami yang digunakan sebaikknya yang sudah masak, tetapi bila tidak ada dapat digunakan jerami mentah dengan ukuran potongan sekitar 15 – 20 cm.
Tebal lapisan jerami cukup satu lapis, sebab bila lapisan terlalu tebal dapat mengganggu proses pertumbuhan kecambah menjadi bibit.
Pemeliharaan
Hal yang paling utama dalam memelihara bibit padi adalah menjaga kecukupan air dan mencegah terjadinya kerusakan bibit terutama oleh gagangguan hama dan penyakit.
Kecukupan air untuk pembibitan padi harus disesuaikan dengan model pembibitan yang digunakan. Pada sistem pembibitan basah air umumnya dibiarkan menggenang pada saluran antar petak pembibitan sampai setinggi mendekati permukaan petak pembibitan.
Pada sistem pembibitan kering ketersediaan air umumnya berada pada kondisi kapasitas lapang, dan yang penting dijaga sedemikian rupa agar bibit tidak sampai mengalami kekeringan.
Organisme pengganggu yang paling dominan mengganggu pada pembibitan padi adalah dari kelompok hama. Untuk menghindari kerugian maka perlu adanya pengawasan yang intensif guna mencegah sedini mungkin terjadinya kerusakan akibat hama.
Untuk gangguan gulma dapat dicegah melalui pengolahan media semai yang baik, seperti proses pembajakan dan penggaruan serta pembersihan pematang.
Pencabutan Bibit
Standar utama dalam menentukan kapan bibit padi dapat dicabut umumnya berdasar pada umur bibit. Pada budidaya padi menggunakan sistem SRI umumnya digunakan bibit muda berumur sekitar 11 – 15 hari,
Sedang pada budidaya padi secara konvensional umumnya digunakan bibit dewasa berumur sekitar 21 hari. Bibit muda setelah dipindah ke lapang perlu perawatan ekstra tetapi setelah tumbuh akan memiliki jumlah anakan yang lebih banyak.
Sedang bibit dewasa daya tahan setelah dipindah lebih kuat tetapi jumlah anakan yang dihasilkan lebih sedikit. Sehubungan dengan hal tersebut pada budidaya SRI yang menggunakan bibit muda tiap titik tanam cukup ditanam satu bibit sedang pada budidaya konvensional ditanam 2 -3 bibit per titik tanam.
Bibit yang sudah dicabut dikumpulkan kemudian diikat bagian pangkal daunnnya guna memudahkan pengangkutan.
Jika ukuran bibit terlalu panjang maka bagian ujung daun bibit perlu dipotong supaya saat ditanam bibit tidak mudah roboh dan mengurangi penguapan (transpirasi) yang berlebihan sehingga bibit lebih cepat beradaptasi.
Pengangkutan dan Penyiapan Bibit di Pertanaman
Satu hari sebelum tanam sebaiknya bibit sudah disiapkan di areal pertanaman, maka dari itu perlu dilakukan pengangkutan bibit dari lokasi pembibitan ke tempat penanaman.
Pengangkutan bibit dapat dilakukan menggunakan tenaga manusia untuk lokasi yang tidak terlalu luas dan jaraknya dekat, tapi bila jaraknya jauh dan areal cukup luas perlu digunakan alat angkut lain yang sesuai.
Bibit yang sudah dicabut dan diikat, ditata sedemikian rupa bergantung alat angkutnya, yang penting selama proses pengangkutan tidak menimbulkan kerusakan pada bibit seperti memar pada batang dan daun, patah dan sejenisnya.
Sesampai di areal tanam untuk memudahkan pengaturan tenaga dalam penanaman, bibit perlu didistribusikan sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja dan luas areal yang akan ditanami.
Distribusi bibit di areal tanam dilakukan dengan meletakkan ikatan bibit pada jarak tertentu sesuai dengan ukuran ikatan dan luas areal tanam. Bibit yang sudah didistribusikan selanjutnya dibuka ikatannya dan penanaman dapat mulai dilakukan.
Post a Comment for "Cara Pembibitan Tanaman Padi"