Cara Budidaya Tanaman Buncis
Cara Budidaya Tanaman Buncis - Secara umum, budidaya tanaman buncis meliputi persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
Persiapan Benih
Benih yang digunakan untuk penanaman buncis harus benih yang baik, yaitu berasal dari tanaman induk yang baik pula.
Benih yang baik memenuhi persyaratan tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80 %, bentuknya utuh, bernah, warna mengkilat, tidak bernoda cokelat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, dan bersih dari kotoran.
Benih yang baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuh cepat dan seragam, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi.
Pengolahan Lahan
Kegiatan pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak tanah sedalam 20 - 30 cm. Untuk tanah berat pencangkulan dilakukan sebanyak dua kali dengan jangka waktu 2 - 3 minggu, sedangkan untuk tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan satu kali saja.
Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan perlu dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40 - 50 cm.
Untuk areal yang tidak begitu luas, misalnya lahan pekarangan, tidak perlu dibuat bedengan tetapi cukup berupa guludan selebar 20 cm, panjang 5 m, tinggi 10 - 15 cm, dan jarak antar guludan 70 cm.
Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan pemupukan dengan pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 - 20 kg/10 m2.
Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, aerasinya baik, dan drainase optimal.
Pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dapat diberikan berupa Urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar atau masing-masing 2 gram, 6 gram, dan 1,2 gram untuk tiap tanaman.
Cara menempatkan pupuk kandang maupun pupuk anorganik adalah dengan menaburkan di sepanjang larikan.
Penanaman
Buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan.
Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit dibandingkan antar barisan. Dengan pola ini akan lebih memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti pengairan, pemupukan, pembumbunan, dan panen.
Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar maupun tanah miring. Bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit, yaitu 20 x 40 cm.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbuhnya gulma yang tinggi. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari.
Setelah jarak tanam ditentukan, maka pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan cara ditugal.
Agar lubang tanam yang dibuat dapat lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut yang ditugal.
Kedalaman tugal 4 - 6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, dan kedalaman 2 - 4 cm untuk jenis tanah liat.
Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tanah liat lebih tinggi sehingga dikhawatirkan benih membusuk sebelum berkecambah.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman, karena hara yang disediakan tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman.
Pengairan, dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam.
Pengguludan, bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur kurang lebih 20 dan 40 hari dan lebih baik dilakukan pada saat musim hujan.
Pemasangan turus, dilakukan untuk budidaya buncis tipe merambat. Turus atau lanjaran dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm dan ditancapkan di dekat tanaman.
Pemangkasan, dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak ranting-ranting sehingga diperoleh buah yang lebih banyak serta pengendalian hama dan penyakit.
Panen
Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari dan polong menunjukkan ciri-ciri warna polong masih agak muda dan suram, permukaan kulitnya agak kasar, biji dalam polong belum menonjol, dan polongnya belum berserat serta bila dipatahkan akan menimbulkan bunyi meletup.
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap setiap 2 atau 3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur 80 hari atau kira-kira setelah dilakukan 7 kali panen.
Post a Comment for "Cara Budidaya Tanaman Buncis"