Pengembangan Agroindustri kopi
Pengembangan Agroindustri kopi - Agroindustri kopi merupakan industri yang mengolah kopi sebagai bahan baku dasar menjadi berbagai produk olahannya (derived product).
Agroindustri kopi pada umumnya menggunakan bahan baku biji kopi Arabika dan Robusta dengan komposisi perbandingan tertentu.
Kopi Arabika digunakan sebagai sumber citra rasa, sedangkan kopi Robusta digunakan sebagai campuran untuk memperkuat daya tahan.
Kopi Arabika memiliki citra rasa yang lebih baik, tetapi memiliki daya tahan yang lebih lemah dibandingkan kopi Robusta.
Selain biji kopi, agroindustri kopi juga membutuhkan bahan tambahan seperti gula dan bahan penolong seperti bahan kemasan (packing), pallet, krat dan lain-lain.
Pengembangan agroindustri kopi memiliki beberapa kendala khususnya dalam masalah pasca panen antara lain rendahnya kualitas kopi yang dihasilkan dikarenakan masih meiliki kadar air yang cukup tinggi, jenis produksi yang belum mengikuti permintaan pasar dunia, produktivitas yang masih cukup rendah, jangkauan pemasaran yang terbatas pemasaran, manajemen yang masih kurang berjalan dengan baik, dan kualitas tenaga kerja yang masih belum memadai.
Pada prinsipnya agroindustri kopi adalah pengolahan kopi bertujuan memisahkan biji kopi dari daging buah, kulit tanduk (parchment) dan kulit ari (silver skin). Secara garis besar terdapat 2 cara pengolahan kopi yaitu
Pengolahan Basah (Wet Process)
Pengolahan basah digunakan di Indonesia sejak perkebunan kopi Robusta mulai berkembang. Sebelum itu untuk kopi Arabika hanya menggunakan pengolahan kering.
Pengolahan basah memerlukan banyak air, yaitu kira-kira 16-18 liter/kg kopi biji karena pengolahan justru terjadi pada musim kemarau, maka masalah air penting sekali bagi cara pengolahan ini. Pengolahan basah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan fermentasi dan tanpa fermentasi.
Pengolahan dengan fermentasi menghasilkan kopi lebih bersih dari lendir, sehingga dapat lebih cepat dicuci. Tetapi sebaliknya, fermentasi menyebabkan penyusutan berat kopi.
Fermentasi selama 36 jam menyebabkan berat kopi susut dengan 2-4%, tergantung pada temperatur. Semakin tinggi temperatur atau semakin rendah letak pabrik maka akan semakin besar penyusutan.
Selama fermentasi, biji kopi masih hidup sehingga terjadi dissmilasi (pemecahan) yang menghasilkan produk-produk yang menguap, yang menyebabkan penyusutan berat. Oleh karena itu, kopi yang diolah tanpa fermentasi mempunyai rendeman lebih tinggi.
Pengolahan Kering (Dry Process)
Cara pengolahan kering adalah yang lebih sederhana dan terdiri atas beberapa proses yaitu pengeringan, pengupasan dan sortasi.
Pengupasan kopi gelondong dilakukan dengan menjemur diatas lantai atau semen. Untuk mempercepat pengeringan, adakalanya kopi gelondong dimemarkan terlebih dahulu sebelum dijemur.
Setelah kering kopi dikupas, yaitu dipisahkan dari daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dengan cara menumbuk dalam lesung atau dengan huller. Sortasi dilakukan untuk memisahkan dedek serta biji-biji yang pecah, kena bubuk, hitam dan sebagainya.
Post a Comment for "Pengembangan Agroindustri kopi"