Sistem Pengelolaan Budidaya Udang
Sistem Pengelolaan Budidaya Udang - Budidaya udang di tambak ialah kegiatan usaha pemeliharaan atau pembesaran udang mulai dari ukuran benih (benur) sampai menjadi ukuran yang layak dikonsumsi.
Secara alami, benih udang masuk ke dalam tambak bersama air pasang yang mengairi tambak. Produksi udang yang diperoleh tidak menentu karena hanya bergantung dari banyak dan sedikit benih udang yang ada secara alamiah di laut di sekitar pertambakan.
Memang ternyata banyak segi dalam teknik budidaya udang yang dapat diperbaiki atau diinovasi. Benih udang dapat dipilih yang lekas tumbuh dan jenisnya banyak digemari (berekonomis penting). Kesuburan tambak bisa ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolaan air yang lebih besar sehingga daya dukung untuk memelihara udang lebih baik.
Pengendalian hama lebih diintensifkan. Konstruksi petakan tambak, konstruksi tanggul dan saluran pengairannya diperbaiki sehingga kualitas air tambak dapat dikendalikan secara lebih baik dan cocok untuk kehidupan udang yang hendak dipeliharanya.
Sistem budidaya udang di tambak yang berkembang sekarang dikenal ada tiga tingkatan menurut kategori penerapan teknologi, yaitu tingkat budidaya sederhana (tradisional, ekstensif), tingkat budidaya madya (semi intensif), dan tingkat budidaya maju (intensif) (Suyanto dan Takarina, 2009).
Untuk menghasilkan produksi udang yang maksimal dan berkualitas dan memenuhi gizi diperlukan adanya pakan buatan.
Dalam hal ini pakan buatan dapat dibuat dengan cara meramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus memenuhi kebutuhan gizi udang dan mengandung nutrisi untuk pertumbuhan udang.
Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan.
Pada dasarnya udang juga memerlukan nutrisi dalam jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrisi ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Benih udang atau benur (benih urang) dapat berasal dari hasil tangkapan di alam atau dari hasil pembenihan di balai benih.
Benih udang vanname, karena merupakan udang introduksi, sepenuhnya berasal dari pembenihan di balai benih atau hatchri (hatchery). Bahkan untuk memproduksi benih udang vanname, induknya sebagian besar masih diimpor dari Amerika (Kordi, 2010).
Penebaran benur dilakukan pada pagi atau sore hari setelah cuaca tidak panas lagi, hal ini dilakukan untuk mencegah kematian benur yang tinggi.
Untuk mencegah agar jangan sampai terjadi kematian yang tinggi, maka diadakan adaptasi atau aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas perairan tambak.
Cara untuk melakukan aklimatisasi benur yaitu penambahan air pengangkut benih dengan air tambak secara bertahap sedikit demi sedikit, karena suhu dan salinitas dapat menyebabkan kegagalan di saat penebaran.
Cara mengadaptasi benur adalah mula-mula air pengangkut yang berisi benur dicampur dengan air tambak sebanyak 1/5-nya, selang waktu 2-3 jam kemudian ditambahi lagi 1/5-nya, begitu seterusnya sampai suhu dan salinitas air tersebut sesuai kondisi air tambak. Menurut Kordi (2010), salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut.
Sumber :
Kordi, M. Ghurfan H. K. 2010. Budidaya Udang Laut. Andi Offset. Yogyakarta.
Suyanto, S. Rachmatun dan Takarina Enny Purba. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta
Post a Comment for "Sistem Pengelolaan Budidaya Udang"